Sabtu, 05 Juli 2014

Pendidikan_Perut pun Bicara


PERUT PUN BICARA

Semarang (8/7) Universitas Negeri Semarang tepatnya di gedung audit, salah satu bangunan megah yang selalu dijaga kebersihannya. Malam itu mahasiswa dan para dosen berbondong-bondong untuk menyaksikan peluncuran buku dengan judul “Melawan Kuasa Perut.” Acara dimulai pada pukul 19.30 WIB dengan menampilkan pembacaan puisi oleh beberapa seniman dan salah satu dosen Bahasa Indonesia Universitas Negeri Semarang yaitu Nana Riskhi.
Acara yang diselenggarakan untuk membahas buku yang ditulis oleh salah satu dosen Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Rachmat Petuguran. Pada malam tersebut Rachmat Petuguran mengulas alasan dirinya menulis buku yang menimbulkan kontroversi tersebut. Pada acara malam itu bukan hanya Rachmat Petuguran saja yang membahas buku tersebut, melainkan ada juga beberapa dosen dari beberapa fakultas yang ikut serta dalam acara bedah buku di Universitas Konservasi tersebut.
Beberapa dosen yang ikut serta dalam membahas buku “Melawan Kuasa Perut” yaitu Ibu Marti Susanti, Bapak Edi Subkhan, dan Bapak Achiar M Permana. Dalam pembahasan yang dilakukan pada malam itu Bapak Achiar M Permana menyebutkan bahwa buku yang ditulis oleh temannya tersebut bagus, karena telah menyedot perhatian khalayak umum.  Berdasarkan penuturan Bapak Achiar dikatakan menyedot perhatian karena dalam judulnya saja telah membuat orang penasaran dan ingin segera mengetahui isi dari buku tersebut.
Dalam acara bedah buku tersebut, Rachmat Petuguran menjelaskan alasan mengapa dirinya mengambil judul yang bisa dikatakan kontroversi tersebut. Laki-laki yang lahir pada tanggal 6 April 1988 tersebut menuturkan bahwa dirinya sengaja dalam membuat judul tersebut dalam bukunya yang kedua. Hal ini dikarenakan semakin banyak masyarakat Indonesia yang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan bersama. Dalam buku “Melawan Kuasa Perut” berisikan 30 essay hasil karya saya yang sudah diterbitkan dalam beberapa media cetak di daerah semarang” ujar Rachmat Petuguran malam itu. Dikatakan melawan perut karena Rachmat berpandangan bahwa masyarakat pada umumnya banyak yang melakukan hal-hal tidak masuk akal, seperti korupsi, nepotisme, dan yang lainnya.
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia tersebut mengaku prihatin melihat perkembangan zaman yang semakin maju, namun tidak diimbangi dengan tingkah laku masyarakatnya yang seharusnya semakin baik.
Three Sussanthy, salah satu mahasiswa Bahasa dan Sastra Jawa mengaku sangat terhibur dan mendapat ilmu baru selama mengikuti acara tersebut. Mahasiswa semester 6 tersebut merasa terbuka hatinya setelah membaca buku “Melawan Kuasa Perut” tersebut. Acara bedah buku tersebut ditutup pada jam 23.00 WIB dan membuat kesan yang begitu baik pada setiap penonton yang melihatnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar