PUSARAN
CINTA DALAM TARIAN SUFI
Semarang
(23/6) gedung B1 106 FBS Universitas Negeri Semarang dipadati penonton yang
ingin menikmati indahya malam dengan sentuhan puisi yang dibacakan dengan indahnya
oleh Nana Riskhi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia dan beberapa tembang Jawa yang
salah satunya dilatunkan oleh Sendang Mulyana dosen Bahasa dan Sastra Indonesia
menjadikan malam sunyi menjadi lebih indah dan dapat pula menjadi perenungan
jiwa bagi penontonnya.
Acara
“Membaca Pusaran Cinta” dibuka pukul 20.00 WIB yang diselenggarakan oleh
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia bekerjasama dengan Forum Kelompok Diskusi
Morfem Bebas menampilkan Kiai Budi Harjono yang memberikan ilmu dan
pengalamannya kepada mahasiswa dan penonton umum khususnya. Pria kelahiran 17
Mei 1963 tersebut membacakan beberapa judul puisi karangannya sendiri dengan
isi yang begitu menyentuh dan membuat penonton terharu.
Dalam
acara tersebut, penonton juga disuguhi tarian sufi yang dimainkan dengan
lembutnya oleh anak-anak Pondok Pesantren Rodhatun Nikmah, Semarang. Menurut
penuturan Kiai Budi Harjono dalam acara tersebut tarian sufi menggambarkan
cinta kita terhadap alam semesta dan cinta kita kepada Tuhan. Setiap gerakan
tari sufi memiliki makna yang menyentuh hati. “Dalam tarian sufi gerakan tangan
kanan keatas memiliki simbol bahwa kita menerima nikmat dan kebahagian dari
Tuhan, lain halnya dengan makna tangan kiri yang berada dibawah memiliki makna
bahwa nikmat dan kebahagian tersebut dibagikan kepada sesama makhluk ciptaan
Tuhan lainnya,”ujar Kiai Budi Harjono dalam penjelasannya malam itu.
Ruangan
B1 106 yang terlihat penuh dengan senyuman para penonton menandakan bahwa tari sufi
memiliki makna yang dalam dan keindahan dalam setiap gerakannya. Menurut
penuturan Kiai Budi Harjono, pakaian yang dikenakan oleh para penari sufi
merupakan kain mori yang seperti kita ketahui bahwa kain tersebut digunakan
untuk jenazah. “Tari sufi sendiri merupakan tarian yang menandakan sikap pasrah
atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita,”ucap Kiai Budi
Harjono.
Novia
Rahmawati, salah seorang mahasiswa Unnes menuturkan bahwa acara tersebut sangat
menjadikannya lebih memaknai arti kehidupan yang sebenarnya. Menurut mahasiswa
semester 6 jurusan Bahasa dan Sastra Jawa tersebut, Kiai Budi Harjono merupakan
sosok seniman yang hebat dan dapat dijadikan inspirator dalam hidupnya.
“Membaca
Pusaran Cinta” ditutup oleh penampilan yang mengharukan dari Kiai Budi Harjono dengan
diiringi musik dari “Langgam Selen”, penampilan tersebut telah membuat penonton
menangis melalui alunan tembang yang islami dan menyadarkan penonton betapa
besar peran seorang ibu kepada anaknya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar