Senin, 26 Mei 2014

PUSARAN CINTA DALAM TARIAN SUFI

Semarang (23/6) gedung B1 106 FBS Universitas Negeri Semarang dipadati penonton yang ingin menikmati indahya malam dengan sentuhan puisi yang dibacakan dengan indahnya oleh Nana Riskhi dosen Bahasa dan Sastra Indonesia dan beberapa tembang Jawa yang salah satunya dilatunkan oleh Sendang Mulyana dosen Bahasa dan Sastra Indonesia menjadikan malam sunyi menjadi lebih indah dan dapat pula menjadi perenungan jiwa bagi penontonnya.
Acara “Membaca Pusaran Cinta” dibuka pukul 20.00 WIB yang diselenggarakan oleh Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia bekerjasama dengan Forum Kelompok Diskusi Morfem Bebas menampilkan Kiai Budi Harjono yang memberikan ilmu dan pengalamannya kepada mahasiswa dan penonton umum khususnya. Pria kelahiran 17 Mei 1963 tersebut membacakan beberapa judul puisi karangannya sendiri dengan isi yang begitu menyentuh dan membuat penonton terharu.
Dalam acara tersebut, penonton juga disuguhi tarian sufi yang dimainkan dengan lembutnya oleh anak-anak Pondok Pesantren Rodhatun Nikmah, Semarang. Menurut penuturan Kiai Budi Harjono dalam acara tersebut tarian sufi menggambarkan cinta kita terhadap alam semesta dan cinta kita kepada Tuhan. Setiap gerakan tari sufi memiliki makna yang menyentuh hati. “Dalam tarian sufi gerakan tangan kanan keatas memiliki simbol bahwa kita menerima nikmat dan kebahagian dari Tuhan, lain halnya dengan makna tangan kiri yang berada dibawah memiliki makna bahwa nikmat dan kebahagian tersebut dibagikan kepada sesama makhluk ciptaan Tuhan lainnya,”ujar Kiai Budi Harjono dalam penjelasannya malam itu.
Ruangan B1 106 yang terlihat penuh dengan senyuman para penonton menandakan bahwa tari sufi memiliki makna yang dalam dan keindahan dalam setiap gerakannya. Menurut penuturan Kiai Budi Harjono, pakaian yang dikenakan oleh para penari sufi merupakan kain mori yang seperti kita ketahui bahwa kain tersebut digunakan untuk jenazah. “Tari sufi sendiri merupakan tarian yang menandakan sikap pasrah atas segala nikmat dan karunia yang diberikan Tuhan kepada kita,”ucap Kiai Budi Harjono.
Novia Rahmawati, salah seorang mahasiswa Unnes menuturkan bahwa acara tersebut sangat menjadikannya lebih memaknai arti kehidupan yang sebenarnya. Menurut mahasiswa semester 6 jurusan Bahasa dan Sastra Jawa tersebut, Kiai Budi Harjono merupakan sosok seniman yang hebat dan dapat dijadikan inspirator dalam hidupnya.  

“Membaca Pusaran Cinta” ditutup oleh penampilan yang mengharukan dari Kiai Budi Harjono dengan diiringi musik dari “Langgam Selen”, penampilan tersebut telah membuat penonton menangis melalui alunan tembang yang islami dan menyadarkan penonton betapa besar peran seorang ibu kepada anaknya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar